Selasa, 26 April 2022

3.1.A.9 KONEKSI ANTAR MATERI






 Salam Guru Penggerak!

Pada kesempatan kali ini, saya ingin berbagi tulisan terkait tugas materi dalam Modul 3.1 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran dalam Program Pendidikan Guru Penggerak. Tugas ini merupakan tugas 3.1.A.9 Koneksi Antar Materi dimana kami diminta untuk membuat rangkuman dari proses perjalanan pembelajaran sampai saat ini pada Program Pendidikan Guru Penggerak. Rangkuman yang akan saya buat mengacu pada 10 pertanyaan panduan, yakni:

Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Pratap Triloka merupakan sebuah konsep pendidikan atas dasar kajian terhadap ilmu pendidikan yang diperoleh dari Maria Montessori, tokoh pendidikan ternama dari Italia dan Rabidranath Tagore dari India. Pratap Triloka terdiri dari tiga unsur penting, yaitu: (1) Ing ngarsa sung tuladha (yang di depan memberi teladan), (2) Ing madya mangun karsa (yang di tengah membangun kemauan),  (3) Tut wuri handayani (dari belakang mendukung). Berdasarkan konsep tersebut, guru merupakan “penuntun” yang menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Dalam menuntun laku anak, guru berperan sebagai pamong sekaligus pemimpin pembelajaran yang hendaknya mampu menjadi pemodelan dan teladan di depan murid –murid, teman sejawat, maupun anggota masyarakat. Guru juga harus mampu memotivasi dengan membangun semangat, membangkitkan karsa dan kemampuan murid-muridnya, serta harus mampu mendorong agar murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya dalam proses pembelajaran. Untuk itu, guru dituntut untuk mampu mengambil keputusan-keputusan terkait pembelajaran  yang berdasarkan keberpihakan pada murid dan memerdekakan murid.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai sebagai guru yang tertanam dalam diri seperti nilai kebaikan, kebenaran, kejujuran, disipin, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, dan sebagainya sangatlah berpengaruh pada prinsip-prinsip yang diyakini dalam pengambilan keputusan. Setiap keputusan yang diambil tetunya akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi. Nilai-nilai tersebut menjadi rujukan untuk dapat menghasilkan suatu keputusan yang berpihak pada murid dan adil bagi semua pihak terlebih ketika dihadapkan pada situasi dilemma etika, dimana keputusan harus diambil diantara dua nilai yang dianggap benar secara moral namun bertentangan satu sama lain.

Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilaan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkan ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Pemimbingan yang saya dapatkan dari pendaamping praktik dan fasilitator melalui kegiatan terbimbing dalam materi pengambilan keputusan terutama dalam pengujian pengambilan keputusan – keputusan yang telah kita ambil sangatlah membantu. Saya belajar mengevaluasi setiap keputusan yang saya ambil melalui pertanyaan-pertanyaan pemantik dari pengajar praktik maupun fasilitator sehingga saya dapat merefleksikan apakah keputusan yang saya ambil sudah berpihak pada murid dan mengandung nilai-nilai kebajikan universal dan apakah keputusan tersebut dapat dipertanggungjawabkan.

Melalui coaching, pengambilan keputusan dapat menjadi lebih terarah dan mampu membantu menggali potensi serta ide-ide semaksimal mungkin yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya melalui pertanyaan-pertanyaan pemantik yang menstimulus pikiran untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dengan memandang dari berbagai sudut yang berbeda.

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Dalam proses pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, diperlukan kompetensi sosial emosional seperti kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness),   keterampilan berhubunga sosial (relationship skill), dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

Dalam proses pengambilan keputusan, diharapkan guru dalam keadaan sadar penuh(mindful), artinya sadar akan berbagai pilihan, sadar akan konsekuensi dari setiap keputusan, dan meminimalisir kesalahan dalam pengambilan keputusan karena dalam pengambilan keputusan dibutuhkan keberanian, kepercayaan diri, dan ketelitian, sehingga dapat menghasilkan keputusan yang berpihak pada murid dan dapat mengakomodir seluruh kepentingan para pemangku kepentingan, meskipun pada kenyaataannya terkadang tidak dapat memuaskan semua pihak.

Melakukan refleksi terhadap keputusan yang diambil (dengan kompetensi sosial emosional yang dimiliki) terhadap nilai-nilai yang diyakini, nilai-nilai kebajikan universal, dan bagaimana keberpihakannya pada murid merupakan langkah baik untuk menjadi acuan dalam pengambilan keputusan di masa yang akan datang.

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Seorang pendidik yang telah meyakini nilai-nilai kebajikan universal dan khususnya nilai-nilai mandiri, inovatif, kolaboratif, reflektif, dan berpihak pada murid tentunya akan mampu mengambil suatu keputusan yang sejalan dengan nilai- nilai yang diyakini dan berpihak kepada murid serta dapat dipertanggungjawabkan ketika dihadapkan pada situasi dilemma etika maupun bujukan moral dalam menjalankan perannya sebagai guru.

Melalui 9 langkah pengambilan keputusan, guru akan diarahkan untuk mengambil keputusan dengan menerapkan nilai- nilai kebajikan yang ada dalam dirinya, mulai dari mengenali nilai kebenaran yang saling bertentangan, menentukan pihak terkait, mencari fakta yang relevan, menguji benar – salah melalui 5 tahap uji, menguji paradigma kebenaran, menerapkan prinsip resolusi, mencari opsi trilema, hingga membuat dan merefleksikan keputusan yang dibuat.

Melalui uji paradigma benar lawan benar dan penerapan prinsip resolusi, guru akan kembali berfokus terhadap nilai-nilai kebajikan yang diyakininya, dibanding berfokus pada  masalah moral atau etika. Tahap tersebut membantu guru dalam memfokuskan kembali pada dasar pengambilan keputusan, yakni berpihak pada murid dan nilai-nilai kebajikan universal yang diyakini.

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?

Pengambilan keputusan yang tepat seyogyanya dilakukan secara bertahap dimulai dengan mempertimbangkan paradigma dilemma etika yang dihadapi, kemudian dilanjutkan dengan dengan mengimplementasikan 9 langkah pengambilan keputusan dimana didalamnya terdapat tahapan-tahapan penting yang dapat membantu menghasilkan keputusan akhir yang mengakomodir kepentingan semua pihak yang terlibat. Meski setiap tahapan penting, ada beberapa tahapan yang kami anggap sangat berperan dalam terciptanya sebuah keputusan, yakni uji kebenaran dengan 5 jenis uji benar-salah, dalam melihat prinsip pengambilan keputusan manakah yang paling relevan dengan kasus yang dihadapi, dan pencarian opsi trilema yang memungkinkan adanya pilihan keputusan baru yang lebih baik.

Selanjutnya, apakah kesulitan –kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilaan keputusan terhadap kasus-kasus dilemma etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Kesulitan yang dihadapi dalam pengambilan keputusan dalam kasus dilemma etika di lingkungan saya adalah masih kentalnya paradigma dan budaya lama, seperti besarnya rasa kepedulian atau kurang respeknya pada peraturan yang pada akhirnya terkesan mengambil keputusan secara subjektif,  yang pada akhirnya dapat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan yang kurang tepat, kurang berpihak pada murid, dan tidak mencerminkan nilai-nilai kebajikan universal. Kesulitan lain adalah pengambilan keputusan yang dilakukan dengan cepat tanpa pertimbangana matang, sehingga pasca dibuatnya sebuah keputusan, memunculkan permasalahan baru yang menjadi kendala dalam menjalankan putusan yang diambil. Perlu kesabaran dan ketelatenan untuk membangun budaya baru dalam proses pengambilan keputusan yang berpihak pada murid dan menjunjung nilai-nilai kebajikan universal. Salah satu langkah dalam mempelajari pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran adalah dengan melalui coaching dimana guru dapat membantu rekan sejawatnya atau pihak lain dalam mengambil keputusan.

Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Keputsanyang diambil seorang pendidik pastinya akan memiliki pengaruh dalam pengajaran yang diselenggarakan. Apabila keputusan yang diambil sejalan dengan nilai-nilai kebajikan dan berpihak pada murid, maka merdeka belajar akan dapat dirasakan oleh murid, sehingga mereka dapat belajar dan berkembang sesuai dengan potensi, bakat, dan kodratnya. Sebaliknya, jika pengambilan keputusan tidak berpihak pada murid, maka kemerdekaan belajar tidak akan tercapai.

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masaa depan murid-muridnya?

Keputusan yang diambil tentunya memiliki pengaruh terhadap pengajaran yang dilakukan saat ini maupun di masa yang akan datang. Pengambilan keputusan yang tepat akan berdampak positif bagi murid kedepannya. Sebagai pendidik yang memiliki keyakinan atas nilai-nilai kebajikan, tentunya akan mengambil keputusan yang berpihak pada murid. Maka dari itu, guru perlu memahami kiat-kiat pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran agar dapat mewujudkan pembelajaran yang memerdekakan murid-murid. Slah satu kiat tersebut adalah menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan yang dapat membantu guru menemukan keputusan yang adil dan sesuai dengan nilai kebajikan universal serta berpihak pada murid.

Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Pengambilan keputusan yang tepat oleh guru selaku pemimpin pembelajaran sangatlah penting dalam mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid, yang memiliki dampak positif bagi semua pihak, sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal, serta dapat dipertanggungjawabkan. Salah satu cara dalam pengambilan keputusan yang tepat adalah dengan menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan. pengambilan keputusan yang tepat tidak serta merta guru kuasai, namun dapat dilatih melalui kegiatan coaching. pengambilan keputusan perlu dilakukan dalam situasi sosial dan emosional yang stabil dan dalam kesadaran penuh, agar hasil yang didapat sesuai dengan tujuan pemecahan masalah.

Demikian Rangkuman Kesimpulan dari materi pembelajaran yang saya terima dalam Program Pendidikan Guru Penggerak. Kritik, saran, dan tanggapan silahkan sematkan dalam kolom komentar, ya... Terima kasih... 

Rabu, 20 April 2022

3.1.A.7 DEMONSTRASI KONTEKSTUAL ( JURNAL MONOLOG )

 


 Assalamualaikum, para Guru Hebat!

Pada kesempatan kali ini, saya ingin berbagi tulisan yang merupakan salah satu tugas dalam Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 4. Adapun tugas yang akan saya bagikan adalah sebuah jurnal monolog refleksi terkait tugas 3.1.A.7 Demonstrasi Kontekstual dalam Modul 3.1 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran.

Seorang pemimpin pembelajaran tentunya akan menghadapi situasi dimana diharuskan mengambil sebuah keputusan. Terkadang, situasi tersebut melibatkan kepentingan dari dua atau lebih pihak yang sama-sama dianggap benar secara moral, namun bertentangan satu sama lain. Pernahkah Bapak/Ibu juga mengalami situasi seperti itu? Bagaimana Bapak/Ibu mengatasi situasi tersebut? Pemikiran-pemikiran seperti apa yang Bapak/Ibu jadikan dasar dalam mengambil keputusan? Kemudian, setelah keputusan tersebut diambil, masihkah Bapak/Ibu merasakan keraguan, tidak nyaman, atau mengganjal seperti “Apakah keputusan yang saya ambil sudah benar dan sesuai peraturan?”

Seorang pemimpin pembelajaran bukan hanya dari kalangan guru penggerak semata, seluruh guru merupakan pemimpin pembelajaran yang memiliki jiwa kepemimpinan. Tugas utama dari pemimpin pembelajaran adalah membimbing tumbuh kembang murid secara holistic sesuai dengan kodratnya serta mendorong perkembangan pendidik lain untuk dapat mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid serta mewujudkan tujuan utama pendidikan Indonesia, yakni membentuk generasi Profil Pelajar Pancasila.

Ketika mempelajari modul 3.1 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran, saya menyadari bahwa guru akan ada kalanya dihadapkan dalam suatu situasi, dimana diharuskan mengambil sebuah keputusan. Terkadang, pengambilan keputusan hanya didasarkan pada suatu pandangan kebenaran, tanpa menilik lebih dalam pandangan-pandangan atau nilai-nilai lain yang mengikutinya. Berpegang hanya pada satu prinsip, tanpa menimbang sisi atau pendapat lain yang mungkin sebenarnya akan memberikan dampak yang lebih baik.

Setelah saya mempelajari moduli 3.1 ini, saya sadar bahwa pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran tidak hanya sebatas mengambil tindakan. Ada tahapan tersendiri, dimana kita akan diarahkan kepada sebuah keputusan terbaik yang tentunya adil dan menguntungkan bagi semua pihak, terutama dalam situsi dilema etika.

Apa itu dilema etika? Dalam pengambilan keputusan, ada dua situasi yang akan dialami seorang pemimpin pembelajaran, yaitu bujukan moral dan dilema etika. Bujukan moral adalah sebuah situasi yang terjadi dimana seseorang dihadapkan pada situasi benar atau salah dalam mengambil sebuah keputusan.Sedangkan dilema etika adalah sebuah situasi yang terjadi dimana seseorang dihadapkan pada dua situasi yang secara moral dianggap benar namun bertentangan satu sama lain.

Sebagai calon guru penggerak, saya berkewajiban untuk menerapkan dan mentrasnfer pengetahuan yang saya dapat dalam kegiatan Program Guru Penggerak ini. Penerapan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran saya mulai di lingkup yang paling sempit, yakni kelas saya. Mengambil keputusan-keputusan terutama pada situasi dilema etika yang terjadi di kelas, tidak hanya bertujuan untuk penerapan semata, namun juga sebagai langkah untuk melatih diri dalam mengambil sebuah keputusan yang berpihak kepada murid. Penerapan tentunya akan berkembang padaa ruang lingkup yang lebih luas, yakni dalam lingkungan sekolah, baik dalam lingkungan pengajar maupun murid.

Selain menerapkan, saya pun berkewajiban mentransfer pengetahuan yang saya miliki kepada pendidik lain, untuk dapat mendorong mereka dalam mengembangkan diri. Dimulai dari lingkup rekan guru dalam satu sekolah melalui sosialisasi dalam komunitas praktisi di sekolah, sosialisasi melalui tulisan-tulisan dalam blog maupun sosial media, ataupun melalui video yang diunggah di kanal Youtube untuk sasaran yang lebih luas.

Materi yang saya terapkan di kelas dan bagikan kepada rekan guru lain adalah bagaimana langkah-langkah saya dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Pertama, saya perlu memastikan bahwa pengambilan keputusan ini sejalan dengan keyakinan yang telah disepakati bersama. Kedua, mengambil keputusan dan menguji keptusan melalui 9 langkah pengambilan keputusan yang telah saya pelajari dalam modul 3.1 ini.

Pertama, mengenali masalah yang dihadapi dengan mengidentifikasi nilai-nilai apa saja yang saling bertentangan dalam situasi tersebut.

Kedua, menentukan siapa saja yang terlibat dalam situasi yang dihadapi.

Ketiga, mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi tersebut. Dalam langkah ini, kita akan mulai menggali lebih dalam permasalahan serta fakta-fakta yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan.

Keempat, pengujian benar atau salah melalui 5 tahap uji, yakni uji legal, uji regulasi,  uji intuisi, uji publikasi, dan uji panutan.

Kelima, pengujian paradigma benar lawan benar. Ada 4 paradigma utama dalam situasi dilemma etika, yaitu:

  1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)
  2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
  3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
  4. Jangka pendek lawan jangkaa panjang (short term vs long term)

Keenam, melakukan prinsip resolusi. Ada 3 prinsip yang seringkali digunakan untuk membantu menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan sebagai landasan pengambilan keputusan , yaitu:

  1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir ( Ends-Based Thinking )
  2. Berpikir Berbasi Peraturan ( Rule-Based Thinking )
  3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli ( Care-Based Thinking )

Ketujuh, melakukan opsi trilema. Terkadang, akan muncul ide atau pemikiran kreatif lain di luar dua pilihan yang ada yang tidak terpikirkan sebelumnya sebagai pemecahan masalah yang paling baik dalam dilema etika.

Kedelapan, membuat keputusan, merupakan langkah yang membutuhkan keberanian moral dalam mengambil suatu tindakan.

Dan kesembilan, melihat lagi keputusan dan merefleksikan. Ketika keputusan sudah diambil, perlu melihat kembali bagaimana keputusan tersebut dapat dipilih sebagai acuan dalam mengatasi kasus atau situasi lain.

Langkah-langkah pengambilan keputusan yang telah saya pelajari dalam modul 3.1 ini tentunya sesegera mungkin saya terapkan. Tidak dapat dipastikan apakah hari ini, besok, lusa, dan seterusnya. Namun tentunya akan saya terapkan ketika saya menghadapi suatu situasi dimana saya diharuskan membuat keputusan, atau ketika ada pihak lain yang meminta pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan. Mengingat, langkah-langkah ini sangatlah membantu saya dalam mengambil sebuah keputusan yang adil bagi semua pihak.

Dalam situasi tertentu, mungkin saya tidak bisa mengambil keputusan sendiri. Perlu pendampingan atau dukungan dari pihak lain yang dapat menjadi rekan diskusi, atau sosok yang dapat membantu memberikan ide-ide, saran ,masukan, atau kritikan. Pihak-pihak tersebut bisa saja kepala sekolah, rekan sejawat di sekolah, rekan dalam komunitas praktisi, maupun para orang tua siswa, komita sekolah, dan bisa juga pengawas sekolah.

Demikian tugas 3.1.A.7 dalam Modul 3.1 mengenai Pengambilan Keputusan Ssebagai Pemimpin Pembelajaran yang dapat saya bagikan. Semoga bermanfaat bagi Bapak/Ibu Guru.

Salam hangat.

Atika Dewi

CGP Angkatan 4

Kabupaten Pati

REVIEW BUKU MAHAKURAWA

"Bagaimana jika para penjahat dibiarkan bercerita?" Halo, 2025! 😁 Setelah hening sejak Agustus lalu, sepertinya harus hidup2in la...