Rabu, 20 April 2022

3.1.A.7 DEMONSTRASI KONTEKSTUAL ( JURNAL MONOLOG )

 


 Assalamualaikum, para Guru Hebat!

Pada kesempatan kali ini, saya ingin berbagi tulisan yang merupakan salah satu tugas dalam Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 4. Adapun tugas yang akan saya bagikan adalah sebuah jurnal monolog refleksi terkait tugas 3.1.A.7 Demonstrasi Kontekstual dalam Modul 3.1 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran.

Seorang pemimpin pembelajaran tentunya akan menghadapi situasi dimana diharuskan mengambil sebuah keputusan. Terkadang, situasi tersebut melibatkan kepentingan dari dua atau lebih pihak yang sama-sama dianggap benar secara moral, namun bertentangan satu sama lain. Pernahkah Bapak/Ibu juga mengalami situasi seperti itu? Bagaimana Bapak/Ibu mengatasi situasi tersebut? Pemikiran-pemikiran seperti apa yang Bapak/Ibu jadikan dasar dalam mengambil keputusan? Kemudian, setelah keputusan tersebut diambil, masihkah Bapak/Ibu merasakan keraguan, tidak nyaman, atau mengganjal seperti “Apakah keputusan yang saya ambil sudah benar dan sesuai peraturan?”

Seorang pemimpin pembelajaran bukan hanya dari kalangan guru penggerak semata, seluruh guru merupakan pemimpin pembelajaran yang memiliki jiwa kepemimpinan. Tugas utama dari pemimpin pembelajaran adalah membimbing tumbuh kembang murid secara holistic sesuai dengan kodratnya serta mendorong perkembangan pendidik lain untuk dapat mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid serta mewujudkan tujuan utama pendidikan Indonesia, yakni membentuk generasi Profil Pelajar Pancasila.

Ketika mempelajari modul 3.1 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran, saya menyadari bahwa guru akan ada kalanya dihadapkan dalam suatu situasi, dimana diharuskan mengambil sebuah keputusan. Terkadang, pengambilan keputusan hanya didasarkan pada suatu pandangan kebenaran, tanpa menilik lebih dalam pandangan-pandangan atau nilai-nilai lain yang mengikutinya. Berpegang hanya pada satu prinsip, tanpa menimbang sisi atau pendapat lain yang mungkin sebenarnya akan memberikan dampak yang lebih baik.

Setelah saya mempelajari moduli 3.1 ini, saya sadar bahwa pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran tidak hanya sebatas mengambil tindakan. Ada tahapan tersendiri, dimana kita akan diarahkan kepada sebuah keputusan terbaik yang tentunya adil dan menguntungkan bagi semua pihak, terutama dalam situsi dilema etika.

Apa itu dilema etika? Dalam pengambilan keputusan, ada dua situasi yang akan dialami seorang pemimpin pembelajaran, yaitu bujukan moral dan dilema etika. Bujukan moral adalah sebuah situasi yang terjadi dimana seseorang dihadapkan pada situasi benar atau salah dalam mengambil sebuah keputusan.Sedangkan dilema etika adalah sebuah situasi yang terjadi dimana seseorang dihadapkan pada dua situasi yang secara moral dianggap benar namun bertentangan satu sama lain.

Sebagai calon guru penggerak, saya berkewajiban untuk menerapkan dan mentrasnfer pengetahuan yang saya dapat dalam kegiatan Program Guru Penggerak ini. Penerapan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran saya mulai di lingkup yang paling sempit, yakni kelas saya. Mengambil keputusan-keputusan terutama pada situasi dilema etika yang terjadi di kelas, tidak hanya bertujuan untuk penerapan semata, namun juga sebagai langkah untuk melatih diri dalam mengambil sebuah keputusan yang berpihak kepada murid. Penerapan tentunya akan berkembang padaa ruang lingkup yang lebih luas, yakni dalam lingkungan sekolah, baik dalam lingkungan pengajar maupun murid.

Selain menerapkan, saya pun berkewajiban mentransfer pengetahuan yang saya miliki kepada pendidik lain, untuk dapat mendorong mereka dalam mengembangkan diri. Dimulai dari lingkup rekan guru dalam satu sekolah melalui sosialisasi dalam komunitas praktisi di sekolah, sosialisasi melalui tulisan-tulisan dalam blog maupun sosial media, ataupun melalui video yang diunggah di kanal Youtube untuk sasaran yang lebih luas.

Materi yang saya terapkan di kelas dan bagikan kepada rekan guru lain adalah bagaimana langkah-langkah saya dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Pertama, saya perlu memastikan bahwa pengambilan keputusan ini sejalan dengan keyakinan yang telah disepakati bersama. Kedua, mengambil keputusan dan menguji keptusan melalui 9 langkah pengambilan keputusan yang telah saya pelajari dalam modul 3.1 ini.

Pertama, mengenali masalah yang dihadapi dengan mengidentifikasi nilai-nilai apa saja yang saling bertentangan dalam situasi tersebut.

Kedua, menentukan siapa saja yang terlibat dalam situasi yang dihadapi.

Ketiga, mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi tersebut. Dalam langkah ini, kita akan mulai menggali lebih dalam permasalahan serta fakta-fakta yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan.

Keempat, pengujian benar atau salah melalui 5 tahap uji, yakni uji legal, uji regulasi,  uji intuisi, uji publikasi, dan uji panutan.

Kelima, pengujian paradigma benar lawan benar. Ada 4 paradigma utama dalam situasi dilemma etika, yaitu:

  1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)
  2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
  3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
  4. Jangka pendek lawan jangkaa panjang (short term vs long term)

Keenam, melakukan prinsip resolusi. Ada 3 prinsip yang seringkali digunakan untuk membantu menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan sebagai landasan pengambilan keputusan , yaitu:

  1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir ( Ends-Based Thinking )
  2. Berpikir Berbasi Peraturan ( Rule-Based Thinking )
  3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli ( Care-Based Thinking )

Ketujuh, melakukan opsi trilema. Terkadang, akan muncul ide atau pemikiran kreatif lain di luar dua pilihan yang ada yang tidak terpikirkan sebelumnya sebagai pemecahan masalah yang paling baik dalam dilema etika.

Kedelapan, membuat keputusan, merupakan langkah yang membutuhkan keberanian moral dalam mengambil suatu tindakan.

Dan kesembilan, melihat lagi keputusan dan merefleksikan. Ketika keputusan sudah diambil, perlu melihat kembali bagaimana keputusan tersebut dapat dipilih sebagai acuan dalam mengatasi kasus atau situasi lain.

Langkah-langkah pengambilan keputusan yang telah saya pelajari dalam modul 3.1 ini tentunya sesegera mungkin saya terapkan. Tidak dapat dipastikan apakah hari ini, besok, lusa, dan seterusnya. Namun tentunya akan saya terapkan ketika saya menghadapi suatu situasi dimana saya diharuskan membuat keputusan, atau ketika ada pihak lain yang meminta pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan. Mengingat, langkah-langkah ini sangatlah membantu saya dalam mengambil sebuah keputusan yang adil bagi semua pihak.

Dalam situasi tertentu, mungkin saya tidak bisa mengambil keputusan sendiri. Perlu pendampingan atau dukungan dari pihak lain yang dapat menjadi rekan diskusi, atau sosok yang dapat membantu memberikan ide-ide, saran ,masukan, atau kritikan. Pihak-pihak tersebut bisa saja kepala sekolah, rekan sejawat di sekolah, rekan dalam komunitas praktisi, maupun para orang tua siswa, komita sekolah, dan bisa juga pengawas sekolah.

Demikian tugas 3.1.A.7 dalam Modul 3.1 mengenai Pengambilan Keputusan Ssebagai Pemimpin Pembelajaran yang dapat saya bagikan. Semoga bermanfaat bagi Bapak/Ibu Guru.

Salam hangat.

Atika Dewi

CGP Angkatan 4

Kabupaten Pati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

REVIEW BUKU MAHAKURAWA

"Bagaimana jika para penjahat dibiarkan bercerita?" Halo, 2025! 😁 Setelah hening sejak Agustus lalu, sepertinya harus hidup2in la...