Pada kesempatan kali ini, saya ingin berbagi tulisan yang
merupakan salah satu tugas dalam Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 4. Adapun
tugas yang akan saya bagikan adalah sebuah jurnal monolog refleksi terkait
tugas 3.1.A.7 Demonstrasi Kontekstual dalam Modul 3.1 Pengambilan Keputusan
sebagai Pemimpin Pembelajaran.
Seorang pemimpin pembelajaran tentunya akan menghadapi
situasi dimana diharuskan mengambil sebuah keputusan. Terkadang, situasi
tersebut melibatkan kepentingan dari dua atau lebih pihak yang sama-sama
dianggap benar secara moral, namun bertentangan satu sama lain. Pernahkah
Bapak/Ibu juga mengalami situasi seperti itu? Bagaimana Bapak/Ibu mengatasi
situasi tersebut? Pemikiran-pemikiran seperti apa yang Bapak/Ibu jadikan dasar
dalam mengambil keputusan? Kemudian, setelah keputusan tersebut diambil,
masihkah Bapak/Ibu merasakan keraguan, tidak nyaman, atau mengganjal seperti
“Apakah keputusan yang saya ambil sudah benar dan sesuai peraturan?”
Seorang pemimpin pembelajaran bukan hanya dari kalangan guru
penggerak semata, seluruh guru merupakan pemimpin pembelajaran yang memiliki
jiwa kepemimpinan. Tugas utama dari pemimpin pembelajaran adalah membimbing
tumbuh kembang murid secara holistic sesuai dengan kodratnya serta mendorong
perkembangan pendidik lain untuk dapat mewujudkan pembelajaran yang berpihak
pada murid serta mewujudkan tujuan utama pendidikan Indonesia, yakni membentuk
generasi Profil Pelajar Pancasila.
Ketika mempelajari modul 3.1 Pengambilan Keputusan sebagai
Pemimpin Pembelajaran, saya menyadari bahwa guru akan ada kalanya dihadapkan
dalam suatu situasi, dimana diharuskan mengambil sebuah keputusan. Terkadang,
pengambilan keputusan hanya didasarkan pada suatu pandangan kebenaran, tanpa
menilik lebih dalam pandangan-pandangan atau nilai-nilai lain yang
mengikutinya. Berpegang hanya pada satu prinsip, tanpa menimbang sisi atau
pendapat lain yang mungkin sebenarnya akan memberikan dampak yang lebih baik.
Setelah saya mempelajari moduli 3.1 ini, saya sadar bahwa
pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran tidak hanya sebatas
mengambil tindakan. Ada tahapan tersendiri, dimana kita akan diarahkan kepada
sebuah keputusan terbaik yang tentunya adil dan menguntungkan bagi semua pihak, terutama dalam situsi dilema etika.
Apa itu dilema etika? Dalam pengambilan keputusan, ada dua
situasi yang akan dialami seorang pemimpin pembelajaran, yaitu bujukan moral
dan dilema etika. Bujukan moral adalah sebuah situasi yang terjadi dimana
seseorang dihadapkan pada situasi benar atau salah dalam mengambil sebuah keputusan.Sedangkan
dilema etika adalah sebuah situasi yang terjadi dimana seseorang dihadapkan
pada dua situasi yang secara moral dianggap benar namun bertentangan satu sama
lain.
Sebagai calon guru penggerak, saya berkewajiban untuk
menerapkan dan mentrasnfer pengetahuan yang saya dapat dalam kegiatan Program Guru
Penggerak ini. Penerapan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran
saya mulai di lingkup yang paling sempit, yakni kelas saya. Mengambil keputusan-keputusan
terutama pada situasi dilema etika yang terjadi di kelas, tidak hanya bertujuan
untuk penerapan semata, namun juga sebagai langkah untuk melatih diri dalam
mengambil sebuah keputusan yang berpihak kepada murid. Penerapan tentunya akan
berkembang padaa ruang lingkup yang lebih luas, yakni dalam lingkungan sekolah,
baik dalam lingkungan pengajar maupun murid.
Selain menerapkan, saya pun berkewajiban mentransfer
pengetahuan yang saya miliki kepada pendidik lain, untuk dapat mendorong mereka
dalam mengembangkan diri. Dimulai dari lingkup rekan guru dalam satu sekolah
melalui sosialisasi dalam komunitas praktisi di sekolah, sosialisasi melalui
tulisan-tulisan dalam blog maupun sosial media, ataupun melalui video yang
diunggah di kanal Youtube untuk sasaran yang lebih luas.
Materi yang saya terapkan di kelas dan bagikan kepada rekan
guru lain adalah bagaimana langkah-langkah saya dalam mengambil sebuah
keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Pertama, saya perlu memastikan bahwa pengambilan
keputusan ini sejalan dengan keyakinan yang telah disepakati bersama. Kedua, mengambil
keputusan dan menguji keptusan melalui 9 langkah pengambilan keputusan yang
telah saya pelajari dalam modul 3.1 ini.
Pertama, mengenali masalah yang dihadapi dengan
mengidentifikasi nilai-nilai apa saja yang saling bertentangan dalam situasi
tersebut.
Kedua, menentukan siapa saja yang terlibat dalam situasi
yang dihadapi.
Ketiga, mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi
tersebut. Dalam langkah ini, kita akan mulai menggali lebih dalam permasalahan
serta fakta-fakta yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya sebagai bahan
pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan.
Keempat, pengujian benar atau salah melalui 5 tahap uji,
yakni uji legal, uji regulasi, uji
intuisi, uji publikasi, dan uji panutan.
Kelima, pengujian paradigma benar lawan benar. Ada 4
paradigma utama dalam situasi dilemma etika, yaitu:
- Individu lawan masyarakat (individual vs community)
- Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
- Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
- Jangka pendek lawan jangkaa panjang (short term vs long term)
Keenam, melakukan prinsip resolusi. Ada 3 prinsip yang
seringkali digunakan untuk membantu menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan
sebagai landasan pengambilan keputusan , yaitu:
- Berpikir Berbasis Hasil Akhir ( Ends-Based Thinking )
- Berpikir Berbasi Peraturan ( Rule-Based Thinking )
- Berpikir Berbasis Rasa Peduli ( Care-Based Thinking )
Ketujuh, melakukan opsi trilema. Terkadang, akan muncul ide atau pemikiran kreatif lain di luar dua pilihan yang ada yang tidak terpikirkan sebelumnya sebagai pemecahan masalah yang paling baik dalam dilema etika.
Kedelapan, membuat keputusan, merupakan langkah yang membutuhkan keberanian moral dalam mengambil suatu tindakan.
Dan kesembilan, melihat lagi keputusan dan merefleksikan. Ketika keputusan sudah diambil, perlu melihat kembali bagaimana keputusan tersebut dapat dipilih sebagai acuan dalam mengatasi kasus atau situasi lain.
Langkah-langkah pengambilan keputusan yang telah saya
pelajari dalam modul 3.1 ini tentunya sesegera mungkin saya terapkan. Tidak dapat
dipastikan apakah hari ini, besok, lusa, dan seterusnya. Namun tentunya akan
saya terapkan ketika saya menghadapi suatu situasi dimana saya diharuskan
membuat keputusan, atau ketika ada pihak lain yang meminta pertimbangan dalam
mengambil suatu keputusan. Mengingat, langkah-langkah ini sangatlah membantu
saya dalam mengambil sebuah keputusan yang adil bagi semua pihak.
Dalam situasi tertentu, mungkin saya tidak bisa mengambil
keputusan sendiri. Perlu pendampingan atau dukungan dari pihak lain yang dapat
menjadi rekan diskusi, atau sosok yang dapat membantu memberikan ide-ide, saran
,masukan, atau kritikan. Pihak-pihak tersebut bisa saja kepala sekolah, rekan
sejawat di sekolah, rekan dalam komunitas praktisi, maupun para orang tua
siswa, komita sekolah, dan bisa juga pengawas sekolah.
Demikian tugas 3.1.A.7 dalam Modul 3.1 mengenai Pengambilan Keputusan
Ssebagai Pemimpin Pembelajaran yang dapat saya bagikan. Semoga bermanfaat bagi
Bapak/Ibu Guru.
Salam hangat.
Atika Dewi
CGP Angkatan 4
Kabupaten Pati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar