Rabu, 08 Juni 2022

3.2.A.10 AKSI NYATA

 

MODUL 3.2

PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA

 

3.2.A.10 AKSI NYATA

MEMBERDAYAKAN ASET DALAM PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DAN PSE DI KELAS VI

TAHUN PELAJARAN 2022/2023

 



 

 

Oleh:

Atika Dewi

Calon Guru Penggerak Angkatan 4

Kabupaten Pati

 

 

 

 

 

Pendidikan Guru Penggerak

2022


MEMBERDAYAKAN ASET DALAM PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DAN PSE DI KELAS VI

TAHUN PELAJARAN 2022/2023

 

Peristiwa (Facts)

A.    Latar Belakang tentang Situasi yang Dihadapi

Guru selaku pemimpin pembelajaran perlu memiliki kemampuan dalam mengelola sumber daya yang dimiliki oleh sekolah khususnya dan daerah untuk dimanfaatkan sebagai penunjang dalam kegiatan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan, visi, dan misi sekolah. Sebagai sebuah ekosistem, sekolah terdiri dari komponen biotik dan abiotik yang saling terkait dan saling memengaruhi satu sama lain. Faktor biotik dapat diartikan sebagai sumber daya manusia seperti kepala sekolah, guru, murid, komite sekolah, wali murid, masyarakat, dan sebagainya. Sedangkan faktor abiotik dapat diartikan sebagai sumber daya finansial, sarana, dan prasarana.

Salah satu visi  dan misi sekolah yang ingin dicapai adalah mewujudkan murid dengan Profil Pelajar Pancasila. Tujuan ini dapat dicapai dengan beragam cara, salah satunya adalah menyelenggarakan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional. Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan murid dengan memfasilitasi belajar murid sesuai kebutuhan belajarnya. Hal ini berdasar bahwa setiap murid memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain sehingga tidak dapat diberi perlakuan yang sama.

Untuk dapat menyelenggarakan pembelajaran berdiferensiasi dan PSE perlu dukungan asset sekolah. Untuk itu, guru perlu melakukan pengelolaan sumber daya agar dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran berdiferensiasi dan PSE di tahun pelajaran yang akan datang.

 

B.     Alasan Mengapa Melakukan Aksi Tersebut

Dilakukannya aksi nyata memberdayakan asset yang ada di sekolah untuk menunjang pembelajaran berdiferensiasi dan PSE di tahun pelajaran 2022/2023 memiliki beberapa tujuan, yang pertama adalah untuk dapat menyelenggarakan pembelajaran yang berpihak pada murid dengan mewujudkan pembelajaran yang aktif, interaktif, kolaboratif, dan menyenangkan. Kedua, untuk memanfaatkan potensi asset di sekolah secara maksimal sebagai fasilitas belajar yang dapat membanatu murid mengembangkan potensinya. Ketiga, mengembangkan diferensiasi pada konten, proses, serta produk dalam kegiatan belajar dengan memanfaatkan aset-aset yang ada di lingkungan sekolah atau sekitarnya. Keempat, karena sekolah memiliki modal-modal yang dapat digali potensinya secara maksimal namun mungkin belum pernah digunakan atau ditemui, yakni:

a.      Modal manusia yang terdiri dari kepala sekolah, guru, siswa, pengawas, komite, dan sebagainya

b.      Modal sosial yang terdiri dari komunitas guru yakni KKG dan PGRI

c.       Modal Finansial yang terdiri dari Dana BOS, hibah pemdes, dan dana komite

d.     Modal alam dan lingkungan yang terdiri dari halaman sekolah, tambak, pantai, dan dekatnya dengan pusat pemerintahan desa

e.      Modal fisik berupa bangunan sekolah, sarana dan prasarana seperti listrik, wifi, dan air, serta alat peraga dan buku pelajaran.

f.        Modal politik berupa hubungan kerjasama  dengan beberapa pihak seperti Puskesmas dan Pemerintah desa, dan

g.      Modal Agama dan Budaya berupa kegiatan-kegiatan rutinitas yang berhubungan dengan keagamaan dan budaya setempaat.

 

C.    Hasil Aksi Nyata yang Dilakukan

Hasil dari kegiatan aksi nyata yang kami lakukan di sekolah adalah kami belajar bagaimana memetakan aset-aset yang ada di sekolah untuk kemudian diidentifikasikan dan dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

Hasil dari pemetaan tersebut, kami menemukan beberapa aset yang sebelumnya tidak atau belum pernah kami manfaatkan dalam kegiatan pembelajaran dan menemukan aset-aset lain yang ada di sekitar lingkungan sekolah. Tindakan selanjutnya adalah mengdentifikasi bagaimana kondisi aset-aset fisik yang telah dipetakan sehingga nantinya lebih mudah bagi guru untuk mengelompokkan aset dengan kondisi yang baik dan layak untuk digunakan dalam pembelajaran.

 

Perasaan (Feelings)

Setelah melaksanakan aksi nyata megenai pemimpin dalam pengelolaan sumber daya ini, kami menjadi lebih bersemangat dalam merancang pembelajaran berdiferensiasi dan PSE yang berpihak pada murid, karena adanya dukungan dari asset-aset di sekolah, baik aset – aset yang berupa sumber daya manusia maupun sumber daya alam dan lingkungan. Kami pun merasa bangga, bahwasanya sekolah kami memiliki banyak potensi dan kekuatan positif yang seharusnya dapat dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran.

 

Pembelajaran (Findings)

Pembelajaran yang kami peroleh dari aksi nyata mengenai pemimpin dalam pengelolaan sumber daya ini sangatlah banyak. Pertama, kami belajar bahwa semua aset dan potensi di sekolah maupun di sekitar sekolah memiliki kekuatan positif yangd apat dimanfaatkan guna menunjang pembelajaran agar menjadi lebih berkualitas. Kedua, bahwa dalam pengelolaannya diperlukan dukungan dan kolaborasi dari berbagai pihak yang terkait sehingga pemanfaatan dari aset-aset tersebut dapat lebih optimal. Ketiga, perlu komitmen kuat dalam rangka mengelola dan menjaga keberlangsungan aset-aset yang ada agar dapat dimanfaatkan secara kontinu. Keempat, bahwa pembelajaran berdiferensiasi dan PSE akan lebih berkualitas jika didukung oleh fasilitas belajar yang merupakan aset-aset yang ada di sekolah.

 

Penerapan ke Depan (Future)

Rencana ke depan setelah kegiatan aksi nyata mengenai pemimpin dalam pengelolaan sumber daya di sekolah ini adalah turut aktif dalam menjaga dan memelihara aset-aset fisik di sekolah agar dapat dimanfaatkan secara kontinu, dan selalu memperbarui pemetaan aset-aset secara berkala sehingga guru memiliki data valid dari setiap aset di sekolah.

Rencana pemanfaatan aset di lingkungan sekitar sekolah adalah menyusun perizinan dengan pihak-pihak terkait agar dapat memanfaatkan di dalam pembelajaran tanpa adanya kendala. Perlu juga menghimpun dukungan dari masyarakat atau orang tua murid sehingga dapat membantu tercapainya tujuan dan program sekolah.


 

DOKUMENTASI KEGIATAN AKSI NYATA 3.2






HASIL PEMETAAN 






Selasa, 07 Juni 2022

3.1.A.10 AKSI NYATA

 MODUL 3.1

PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

 

3.1.A.10 AKSI NYATA

DILEMA ETIKA PENERBITAN SURAT KETERANGAN KELULUSAN

PADA SALAH SATU SISWA KELAS VI SDN PANGKALAN

 

 

 

 

Oleh:

Atika Dewi

Calon Guru Penggerak Angkatan 4

Kabupaten Pati



Pendidikan Guru Penggerak

2022


DILEMA ETIKA PENERBITAN SURAT KETERANGAN KELULUSAN

PADA SALAH SATU SISWA KELAS VI SDN PANGKALAN

 

 

Peristiwa (Facts)

A.    Latar Belakang tentang Situasi yang Dihadapi

Pembelajaran dengan tatap muka terbatas di sekolah sudah mulai diselenggarakan sejam Maret 2022. Peserta didik mulai belajar di sekolah kembali secara bertahap. Namun, beberapa peserta didik rupanya kurang termotivasi mengikuti kegiatan pembelajaran. Salah satunya adalah seorang siswi A kelas VI SDN Pangkalan. Ia jarang mengikuti kegiatan pembelajaran tatap muka, yang artinya jarang sekali mengerjakan tugas dan bahkan mengikuti penilaian formatif maupun sumatif.

Sebagai guru, kami telah berusaha menghubungi siswi A atau orang tuanya. Namun sulit sekali karena diketahui bahwa siswi tersebut tinggal bersama neneknya. Usaha kami selanjutnya adalah berkunjung ke tempat tinggalnya, untuk bertemu dengan walinya dan mencari tahu alasan mengapa siswi tersebut sering tidak masuk sekolah. Pada akhirnya siswi tersebut hanya berjanji akan mengikuti kembali pembelajaran tatap muka.

Di awal pemberlakuan pembelajaran tatap muka terbatas, kami telah menyusun kesepakatan kelas bahwa setiap siswa harus disiplin dalam mengikuti pembelajaran dan menyelesaikan tugas-tugasnya. Dan konsekuensi bagi yang tidak menyelesaikan tugas adalah tidak menerima rapor sebelum semua tagihan tugasnya terpenuhi. Ketika tiba untuk menyusun rapor semester genap, banyak nilai siswi A ini yang belum terpenuhi. Hal ini menjadi dilemma bagi kami, apakah tetap akan memasukkan nilai seadanya dalam daftar nilai menjadi nilai rapor, atau harus menunda menyusun rapornya hingga ia memenuhi tagihan tugasmya sesuai kesepakatan kelas. Di sisi lain, nilai rapor ini segera akan dirata-rata untuk mengisi Surat Keterangan Kelulusan dan untuk mendaftar ke SMP.

 

B.     Alasan Mengapa Melakukan Aksi Tersebut

Permasalahan yang kami uraikan dalam latar belakang di atas merupakan dilemma etika dimana kami harus memilih apakah kami akan tetap menyusun rapor hasil belajar siswi A tersebut berdasarkan daftar nilai yang ada, ataukah menundanya hingga siswi A memenuhi semua tagihan tugasnya sesuai kesepakatan kelas yang telah disepakati bersama dengan risiko bahwa penerimaan Surat Keterangan Kelulusan akan tertunda, sedangkan masa pendaftaran SMP sudah semakin dekat.

Sebelum membuat keputusan, kami mencoba melakukan restitusi terkait kesepakatan kelas yang telah ia langgar. Hasilnya, siswi A tersebut hanya menyelesaikan beberapa tugasnya. Langkah selanjutnya adalah melalui coaching kepada siswi A tersebut. Tujuannya adalah untuk menggali potensi siswi A untuk meningkatkan motivasi belajarnya di sekolah. Dimulai dari apa saja yang sudah ia capai, apa yang ia rasakan, dan apa yang ingin ia lakukan untuk mencapai ketinggalan tugas-tugasnya. Selanjutnya adalah pengambilan keputusan dengan menggunakan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan untuk memutuskan apa yang harus kami lakukan untuk menyelesaikan dilemma etika yang sedang kami hadap terkait siswi A tersebut.

 

C.    Hasil Aksi Nyata yang Dilakukan

Setelah melakukan restitusi dan coaching terhadap siswi A, kami dapat menemukan beberapa alasan yang menyebaban ia jarang masuk ke sekolah. Alasannya adalah karena ia sakit dan kurangnya motivasi dari pihak keluarga seperti mebangunkan di pagi hari, atau mengontrol belajarnya di rumah. Ia berusaha mencari solusi dari permasalahan nilainya dengan mengerjakan tugas-tugasnya yang belum terselesaikan dan mengerjakan soal-soal PTS dan PAT setelah mengikuti Ujian Sekolah. Akhirnya kami menyusun jadwal pertemuan di sekolah untuk melengkapi ketertinggalannya.

Untuk mengantisipasi apabila siswi A belum dapat melengkapi nilai-nilainya hingga waktu pembagian Surat Keterangan Kelulussan dibagikan, kami perlu menerapkan formula 4 – 3 – 9 dalam pengaambiln keputusan. Paradigma yang kami gunakan dalam pengambilan keputusan ini adalah rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) dimana pilihan yang ada adalah memilih antara keadilan dalam memperlakukan siswi A seperti siswa lainnya dalam menerapkan kesepakatan kelas yang telah dibuat, dan membuat pengecualian bagi siswi A karena kemurahan hati dan kasih sayang, agar ia dapat mengikuti pendaftaran SMP. Utamanya, memegang peraturan yang telah disepakati bersama adalah benar, namun terkadang membuat pengecualian dalam rangka membantu siswi A yang mengalami kendala juga dapat dianggap benar.

Kami menggunakan prinsip Berpikir Berbsis Rasa Peduli (Care-Bsed Thinking) karena kami mencoba menempaatkan diri kami pada posisi siswi A dan membayangkan bagaimana rasanya jika tidak dapat mengikuti pendaftaran SMP Negeri yang kami inginkan karena kendala tidak menerima Surat Keterangan Kelulusan yang disebabkan belum lengkapnya daftar nilai.

Selanjutnya adalah menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan pada situasi ini.

1.      Nilai-nilai yang saling bertentangan

Dalam situasi ini, nilai yang saling bertentangan adalah menerapkan kesepakatan kelas yakni siswi A harus melengkapi tagihan tugas dan menyelesaikan penilaian formatif dan sumatifnya sebelum dapat menerima surat keterangan kelulusan, atau memberikan pengecualian baginya untuk tetap menerima surat keterangan kelulusan tanpa harus menyelesaikan tagihan tugasnya. Disini nilai yang bertentangan adalah rasa keadilan dan rasa kasihan.

2.      Pihak yang terlibat dalam situasi

Dalam situasi ini, pihak yang terlibat selain kami sebagai wali kelasnya adalah siswi A, guru mata pelajaran di kelas VI, dan kepala sekolah yang berwenang menerbitkan Surat Keterangan Kelulusan.

3.      Fakta-fakta yang relevan dengan situasi

Fakta-fakta yang kami dapatkan dari situasi ini antara lain:

·  Siswi A tinggal bersama neneknya yang renta hingga kurangnya kontrol   kedisiplinan dari keluarga

·         Siswi A terkadang berbohong kepada keluarga dengan beralasan sakit

·         Siswi A kurang dapat bergaul dengan teman-temannya di kelas

·   Siswi A merasa bahwa ia membutuhkan Surat Keterangan Kelulusan untuk    mendaftar sekolah di tingkat lanjut

·       Siswi A berjanji akan berusaha melengkapi penilaiannya agar dapat menerima SKL tepat waktu

·        Siswi A berkomitmen untuk mengerjakan tugas-tugasnya dengan membuat jadwal pertemuan di sekolah bersama wali kelas

4.      Pengujian benar atau salah dalam situasi

·         Uji legalitas : Dalam situasi tersebut tidak ada pelanggaran hukum yang berlaku

·     Uji regulasi : Dalam situasi tersebut tidak ada pelanggaran peraturan/ kode etik profesi, namun ada pelanggaran peraturan sekolah yakni tidak masuk sekolah tanpa alasan dan tidak menyelesaikan tugas-tugasnya tersmasuk dalam penilaian formatif dan sumatif

·     Uji intuisi : Uji Berdasarkan perasaan dan intuisi, kami merasa tidak jujur apabila dalam situasi ini kami tetap menerbitkan SKL siswi A tanpa ia harus menyelesaikan kewajibannya

·     Uji publikasi : Apabila keputusan kami dipublikasikan di media massa atau meia sosial, tentunya kami merasa tidak nyaman karena ini akan mencerminkan ketidakjujuran kami

·     Uji panutan : Kemungkinan keputusan yang akan diambil oleh panutan kami dalam situasi ini adalah tetap meminta siswi A untuk menyelesaikan kewajibannya sebelum dapat menerima SKL.

5.      Paradigma yang terjadi pada situasi dilemma etika

Paradigma yang dihadapi adlaah rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) yaitu apakah kami akan tetap menerbitkan Surat Keterangan Kelulusan siswi A sebelum ia melengkapi penilaiannya atau menunda hingga ia menyelesaikan kewajibannya sesuai kesepakatan yang telah dibuat.

6.      Prinsip yang digunakan dalam situasi

Prinsip yang kami gunakan adalah prinsip Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

7.      Investigasi Opsi Trilema

Penyelesaian kreatif dan tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan permasalahan ini adalah kami memberikan kesempatan siswi A untuk menyelesaikan kewajibannya sebelum penerbitan SKL, dan membantunya dengan membuat jadwal pertemuan di sekolah agar ia lebih termotivasi mengerjakan di sekolah.

8.      Keputusan yang akan diambil

Keputusan yang akan kami ambil adalah tetap memberikan kepercayaan kepada siswi A dalam menyelesaikan tugas-tugas penilaianya sebelum waktu penerbitan SKL. Hal ini didasarkan atas kemauannya berusaha dengan bersedia mengikuti pertemuan di sekolah untuk menyelesaikan tugaas-tugasnya.

9.      Keputusan yang kami buat sudah tepat karena kami dapat memberikan kesempatan bagi siswi A untuk menerima SKL sesuai dengan kesepakatan kelas yang telah disetujui bersama.

 

Perasaan (Feelings)

Setelah melaksanakan aksi nyata mengenai pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, kami merasa lega karena dapat membuat keputusan yang bijak dan tentunya berpihak kepada murid. Di langkah awal yakni melalui restitusi atas perilkau siswi A yang jarang mengikuti kegiatan pembelajaran tatap muka sehingga banyak tugas dan penilaian yang tidak terselesaikan, kemudian melakukan coaching untuk dapat membantunya menggali potensi diri untuk menyelesaikan permasalahan yang ia hadapi, adalah langkah yang sangat membantu dalam melakukan pengambilan keputusan yang diambil melalui 9 langkah pengambilan keputusan.

Kami juga merasa senang karena dapat membantu siswi A dalam menyelesaikan permasalahannya tanpa harus menghakimi, menyudutkan, atau menyalahkannya karena fokusnya adalah bagaimana menggali kekuatan dari diri siswi A untuk menyelesaikan permasalahannya.

 

Pembelajaran (Findings)

Pembelajaran yang kami peroleh dari penerapan aksi nyata pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran ini adalah bahwa guru sebagai pemimpin pembelajaran perlu belajar untuk memandang sebuah situasi dari berbagai sudut yang berbeda, dan perlu mengembangkan  rasa empati dalam menghadapi sebuah situasi dilemma. Kamipun perlu mengasah sikap reflektif, kritis, dan kreatif dalam menyelesaikan sebuah permasalahan dalam suatu situasi dilemma etika.

Selain itu, kami belajar bagaimana mengidentifikasi paradigma dalam situasi dilemma etika di lingkungan sekolah yang nyata, belajar memilih dan memahami tiga prinsip pengambilan keputusan dan tentunya belajar menerapkan Sembilan langkah pengambilan keputusan pada situasi nyata yang kami hadapi. Ada beberapa uji pemikiran sebelum menarik sebuah kesimpulan dari sebuah situasi. Mulai dari uji legalitas, uji regulasi, uji intuisi, uji publikasi, dan uji panutan yang tentunya membuka banyak sudut pandang kami yang mungkin dapat melahirkan pemikiran atau ide baru sebagai solusi dari permasalahan yang dihadapi.

 

Penerapan ke Depan (Future)

Rencana perbaikan yang akan kami lakukan di masa yang akan datang adalah lebih memperhatikan kedisiplinan murid dan meningkatkan motivasi belajar melalui budaya-budaya positif yang dituangkan dalam kesepakatan kelas yang dapat dikembangkan di kelas agar kasus siswi A tidak terulang lagi.

Rencana lain terkait pegambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yang pertama adalah kami akan terus belajar mengasah kemampuan diri dalam memandang suatu situasi dari berbagai sudut pandang dan mengasah kreativitas serta berpikir kritis untuk dapat membuat keputusan-keputusan yang bijak dan tentunya berpihak pada murid. Kedua, selalu berkonsultasi dan berdiskusi dengan kepala sekolah, rekan guru, atau pihak-pihak lain yang terlibat untuk mendapatkan bantuan baik secara moral maupun spiritual.

 


 

DOKUMENTASI LANGKAH-LANGKAH PENTING DALAM AKSI NYATA

1.      Nilai – nilai siswi A yang belum lengkap dan daftar hadir

   



 

2.      Kegiatan Restitusi kepada siswi A



 

3.      Kegiatan Coaching kepada siswi A



 

4.      Hasil Coaching berupa Jadwal Penugasan untuk Siswi A



 5.      Langkah lain dalam pengambilan keputusan

a.      Konsultasi dengan kepala sekolah



 

b.      Pendekatan dengan siswi A oleh kepala sekolah


Terima kasih, salam Guru Penggerak!

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

REVIEW BUKU MAHAKURAWA

"Bagaimana jika para penjahat dibiarkan bercerita?" Halo, 2025! 😁 Setelah hening sejak Agustus lalu, sepertinya harus hidup2in la...