MODUL 3.1
PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN
PEMBELAJARAN
3.1.A.10 AKSI NYATA
DILEMA ETIKA PENERBITAN SURAT
KETERANGAN KELULUSAN
PADA SALAH SATU SISWA KELAS VI SDN
PANGKALAN
Oleh:
Atika Dewi
Calon Guru Penggerak Angkatan 4
Kabupaten Pati
Pendidikan Guru Penggerak
2022
DILEMA ETIKA PENERBITAN SURAT KETERANGAN KELULUSAN
PADA SALAH SATU SISWA KELAS VI SDN PANGKALAN
Peristiwa
(Facts)
A. Latar Belakang
tentang Situasi yang Dihadapi
Pembelajaran
dengan tatap muka terbatas di sekolah sudah mulai diselenggarakan sejam Maret
2022. Peserta didik mulai belajar di sekolah kembali secara bertahap. Namun,
beberapa peserta didik rupanya kurang termotivasi mengikuti kegiatan
pembelajaran. Salah satunya adalah seorang siswi A kelas VI SDN Pangkalan. Ia
jarang mengikuti kegiatan pembelajaran tatap muka, yang artinya jarang sekali
mengerjakan tugas dan bahkan mengikuti penilaian formatif maupun sumatif.
Sebagai
guru, kami telah berusaha menghubungi siswi A atau orang tuanya. Namun sulit
sekali karena diketahui bahwa siswi tersebut tinggal bersama neneknya. Usaha
kami selanjutnya adalah berkunjung ke tempat tinggalnya, untuk bertemu dengan
walinya dan mencari tahu alasan mengapa siswi tersebut sering tidak masuk
sekolah. Pada akhirnya siswi tersebut hanya berjanji akan mengikuti kembali
pembelajaran tatap muka.
Di
awal pemberlakuan pembelajaran tatap muka terbatas, kami telah menyusun
kesepakatan kelas bahwa setiap siswa harus disiplin dalam mengikuti
pembelajaran dan menyelesaikan tugas-tugasnya. Dan konsekuensi bagi yang tidak
menyelesaikan tugas adalah tidak menerima rapor sebelum semua tagihan tugasnya
terpenuhi. Ketika tiba untuk menyusun rapor semester genap, banyak nilai siswi A
ini yang belum terpenuhi. Hal ini menjadi dilemma bagi kami, apakah tetap akan
memasukkan nilai seadanya dalam daftar nilai menjadi nilai rapor, atau harus
menunda menyusun rapornya hingga ia memenuhi tagihan tugasmya sesuai
kesepakatan kelas. Di sisi lain, nilai rapor ini segera akan dirata-rata untuk
mengisi Surat Keterangan Kelulusan dan untuk mendaftar ke SMP.
B. Alasan Mengapa
Melakukan Aksi Tersebut
Permasalahan yang kami uraikan dalam latar belakang di
atas merupakan dilemma etika dimana kami harus memilih apakah kami akan tetap
menyusun rapor hasil belajar siswi A tersebut berdasarkan daftar nilai yang
ada, ataukah menundanya hingga siswi A memenuhi semua tagihan tugasnya sesuai
kesepakatan kelas yang telah disepakati bersama dengan risiko bahwa penerimaan Surat
Keterangan Kelulusan akan tertunda, sedangkan masa pendaftaran SMP sudah
semakin dekat.
Sebelum membuat keputusan, kami mencoba melakukan restitusi
terkait kesepakatan kelas yang telah ia langgar. Hasilnya, siswi A tersebut
hanya menyelesaikan beberapa tugasnya. Langkah selanjutnya adalah melalui coaching
kepada siswi A tersebut. Tujuannya adalah untuk menggali potensi siswi A untuk
meningkatkan motivasi belajarnya di sekolah. Dimulai dari apa saja yang sudah
ia capai, apa yang ia rasakan, dan apa yang ingin ia lakukan untuk mencapai
ketinggalan tugas-tugasnya. Selanjutnya adalah pengambilan keputusan dengan
menggunakan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan untuk
memutuskan apa yang harus kami lakukan untuk menyelesaikan dilemma etika yang
sedang kami hadap terkait siswi A tersebut.
C. Hasil Aksi Nyata
yang Dilakukan
Setelah melakukan restitusi dan coaching terhadap siswi
A, kami dapat menemukan beberapa alasan yang menyebaban ia jarang masuk ke
sekolah. Alasannya adalah karena ia sakit dan kurangnya motivasi dari pihak
keluarga seperti mebangunkan di pagi hari, atau mengontrol belajarnya di rumah.
Ia berusaha mencari solusi dari permasalahan nilainya dengan mengerjakan
tugas-tugasnya yang belum terselesaikan dan mengerjakan soal-soal PTS dan PAT
setelah mengikuti Ujian Sekolah. Akhirnya kami menyusun jadwal pertemuan di
sekolah untuk melengkapi ketertinggalannya.
Untuk mengantisipasi apabila siswi A belum dapat
melengkapi nilai-nilainya hingga waktu pembagian Surat Keterangan Kelulussan
dibagikan, kami perlu menerapkan formula 4 – 3 – 9 dalam pengaambiln keputusan.
Paradigma yang kami gunakan dalam pengambilan keputusan ini adalah rasa
keadilan lawan rasa kasihan (justice vs
mercy) dimana pilihan yang ada adalah memilih antara keadilan dalam
memperlakukan siswi A seperti siswa lainnya dalam menerapkan kesepakatan kelas
yang telah dibuat, dan membuat pengecualian bagi siswi A karena kemurahan hati
dan kasih sayang, agar ia dapat mengikuti pendaftaran SMP. Utamanya, memegang
peraturan yang telah disepakati bersama adalah benar, namun terkadang membuat
pengecualian dalam rangka membantu siswi A yang mengalami kendala juga dapat
dianggap benar.
Kami menggunakan prinsip Berpikir Berbsis Rasa Peduli (Care-Bsed Thinking) karena kami mencoba
menempaatkan diri kami pada posisi siswi A dan membayangkan bagaimana rasanya
jika tidak dapat mengikuti pendaftaran SMP Negeri yang kami inginkan karena
kendala tidak menerima Surat Keterangan Kelulusan yang disebabkan belum
lengkapnya daftar nilai.
Selanjutnya adalah menerapkan 9 langkah pengambilan dan
pengujian keputusan pada situasi ini.
1.
Nilai-nilai yang
saling bertentangan
Dalam situasi ini, nilai yang saling bertentangan
adalah menerapkan kesepakatan kelas yakni siswi A harus melengkapi tagihan
tugas dan menyelesaikan penilaian formatif dan sumatifnya sebelum dapat
menerima surat keterangan kelulusan, atau memberikan pengecualian baginya untuk
tetap menerima surat keterangan kelulusan tanpa harus menyelesaikan tagihan tugasnya.
Disini nilai yang bertentangan adalah rasa keadilan dan rasa kasihan.
2.
Pihak yang terlibat
dalam situasi
Dalam situasi ini, pihak yang terlibat selain kami
sebagai wali kelasnya adalah siswi A, guru mata pelajaran di kelas VI, dan
kepala sekolah yang berwenang menerbitkan Surat Keterangan Kelulusan.
3.
Fakta-fakta yang
relevan dengan situasi
Fakta-fakta yang kami dapatkan dari situasi ini antara
lain:
· Siswi A tinggal
bersama neneknya yang renta hingga kurangnya kontrol kedisiplinan dari keluarga
·
Siswi A terkadang
berbohong kepada keluarga dengan beralasan sakit
·
Siswi A kurang
dapat bergaul dengan teman-temannya di kelas
· Siswi A merasa
bahwa ia membutuhkan Surat Keterangan Kelulusan untuk mendaftar sekolah di
tingkat lanjut
· Siswi A berjanji
akan berusaha melengkapi penilaiannya agar dapat menerima SKL tepat waktu
· Siswi A berkomitmen
untuk mengerjakan tugas-tugasnya dengan membuat jadwal pertemuan di sekolah
bersama wali kelas
4.
Pengujian benar
atau salah dalam situasi
·
Uji legalitas : Dalam
situasi tersebut tidak ada pelanggaran hukum yang berlaku
· Uji regulasi : Dalam
situasi tersebut tidak ada pelanggaran peraturan/ kode etik profesi, namun ada
pelanggaran peraturan sekolah yakni tidak masuk sekolah tanpa alasan dan tidak
menyelesaikan tugas-tugasnya tersmasuk dalam penilaian formatif dan sumatif
· Uji intuisi : Uji Berdasarkan
perasaan dan intuisi, kami merasa tidak jujur apabila dalam situasi ini kami
tetap menerbitkan SKL siswi A tanpa ia harus menyelesaikan kewajibannya
· Uji publikasi : Apabila
keputusan kami dipublikasikan di media massa atau meia sosial, tentunya kami
merasa tidak nyaman karena ini akan mencerminkan ketidakjujuran kami
· Uji panutan : Kemungkinan
keputusan yang akan diambil oleh panutan kami dalam situasi ini adalah tetap
meminta siswi A untuk menyelesaikan kewajibannya sebelum dapat menerima SKL.
5.
Paradigma yang
terjadi pada situasi dilemma etika
Paradigma yang dihadapi adlaah rasa keadilan lawan rasa
kasihan (justice vs mercy) yaitu
apakah kami akan tetap menerbitkan Surat Keterangan Kelulusan siswi A sebelum
ia melengkapi penilaiannya atau menunda hingga ia menyelesaikan kewajibannya
sesuai kesepakatan yang telah dibuat.
6.
Prinsip yang
digunakan dalam situasi
Prinsip yang kami gunakan adalah prinsip Berpikir
Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
7.
Investigasi Opsi
Trilema
Penyelesaian kreatif dan tidak terpikir sebelumnya
untuk menyelesaikan permasalahan ini adalah kami memberikan kesempatan siswi A
untuk menyelesaikan kewajibannya sebelum penerbitan SKL, dan membantunya dengan
membuat jadwal pertemuan di sekolah agar ia lebih termotivasi mengerjakan di
sekolah.
8.
Keputusan yang akan
diambil
Keputusan yang akan kami ambil adalah tetap memberikan
kepercayaan kepada siswi A dalam menyelesaikan tugas-tugas penilaianya sebelum
waktu penerbitan SKL. Hal ini didasarkan atas kemauannya berusaha dengan
bersedia mengikuti pertemuan di sekolah untuk menyelesaikan tugaas-tugasnya.
9.
Keputusan yang kami
buat sudah tepat karena kami dapat memberikan kesempatan bagi siswi A untuk
menerima SKL sesuai dengan kesepakatan kelas yang telah disetujui bersama.
Perasaan (Feelings)
Setelah
melaksanakan aksi nyata mengenai pengambilan keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran, kami merasa lega karena dapat membuat keputusan yang bijak dan
tentunya berpihak kepada murid. Di langkah awal yakni melalui restitusi atas
perilkau siswi A yang jarang mengikuti kegiatan pembelajaran tatap muka
sehingga banyak tugas dan penilaian yang tidak terselesaikan, kemudian
melakukan coaching untuk dapat membantunya menggali potensi diri untuk
menyelesaikan permasalahan yang ia hadapi, adalah langkah yang sangat membantu
dalam melakukan pengambilan keputusan yang diambil melalui 9 langkah
pengambilan keputusan.
Kami
juga merasa senang karena dapat membantu siswi A dalam menyelesaikan permasalahannya
tanpa harus menghakimi, menyudutkan, atau menyalahkannya karena fokusnya adalah
bagaimana menggali kekuatan dari diri siswi A untuk menyelesaikan
permasalahannya.
Pembelajaran (Findings)
Pembelajaran
yang kami peroleh dari penerapan aksi nyata pengambilan keputusan sebagai
pemimpin pembelajaran ini adalah bahwa guru sebagai pemimpin pembelajaran perlu
belajar untuk memandang sebuah situasi dari berbagai sudut yang berbeda, dan
perlu mengembangkan rasa empati dalam
menghadapi sebuah situasi dilemma. Kamipun perlu mengasah sikap reflektif,
kritis, dan kreatif dalam menyelesaikan sebuah permasalahan dalam suatu situasi
dilemma etika.
Selain
itu, kami belajar bagaimana mengidentifikasi paradigma dalam situasi dilemma
etika di lingkungan sekolah yang nyata, belajar memilih dan memahami tiga
prinsip pengambilan keputusan dan tentunya belajar menerapkan Sembilan langkah
pengambilan keputusan pada situasi nyata yang kami hadapi. Ada beberapa uji
pemikiran sebelum menarik sebuah kesimpulan dari sebuah situasi. Mulai dari uji
legalitas, uji regulasi, uji intuisi, uji publikasi, dan uji panutan yang
tentunya membuka banyak sudut pandang kami yang mungkin dapat melahirkan
pemikiran atau ide baru sebagai solusi dari permasalahan yang dihadapi.
Penerapan ke Depan (Future)
Rencana
perbaikan yang akan kami lakukan di masa yang akan datang adalah lebih
memperhatikan kedisiplinan murid dan meningkatkan motivasi belajar melalui
budaya-budaya positif yang dituangkan dalam kesepakatan kelas yang dapat
dikembangkan di kelas agar kasus siswi A tidak terulang lagi.
Rencana
lain terkait pegambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yang pertama adalah
kami akan terus belajar mengasah kemampuan diri dalam memandang suatu situasi
dari berbagai sudut pandang dan mengasah kreativitas serta berpikir kritis
untuk dapat membuat keputusan-keputusan yang bijak dan tentunya berpihak pada
murid. Kedua, selalu berkonsultasi dan berdiskusi dengan kepala sekolah, rekan
guru, atau pihak-pihak lain yang terlibat untuk mendapatkan bantuan baik secara
moral maupun spiritual.
DOKUMENTASI
LANGKAH-LANGKAH PENTING DALAM AKSI NYATA
1.
Nilai – nilai siswi
A yang belum lengkap dan daftar hadir
2.
Kegiatan Restitusi
kepada siswi A
3.
Kegiatan Coaching
kepada siswi A
4.
Hasil Coaching
berupa Jadwal Penugasan untuk Siswi A
a.
Konsultasi dengan
kepala sekolah
b.
Pendekatan dengan
siswi A oleh kepala sekolah
Terima kasih, salam Guru Penggerak!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar