Senin, 30 Mei 2022

3.2.A.9 KONEKSI ANTAR MATERI



 PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA


Guru selaku pemimpin pembelajaran perlu memiliki kemampuan dalam mengelola sumber daya yang dimiliki oleh sekolah khususnya dan daerah untuk dimanfaatkan sebagai penunjang dalam kegiatan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan, visi, dan misi sekolah. Sebagai sebuah ekosistem, sekolah terdiri dari komponen biotik dan abiotic yang saling terkait dan saling memengaruhi satu sama lain. Factor biotik dapat diartikan sebagai sumer daya manusia seperti kepala sekolah, guru, murid, komite sekolah, wali murid, masyarakat, dan sebagainya. Sedangkan factor abiotic dapat diartikan sebagai sumber daya finansial, sarana, dan prasarana.

Ada sedikitnya dua pendekatan dalam pengelolaan sumber daya di sekolah, yaitu:

Pendekatan berbasis masalah (Deficit-Based Thinking), yaitu pendekatan yang memusatkan perhatian pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja. Focus berada pada bagaimana mengatasi semua kekurangan atau apa saja yang menghalangi tercapainya tujuan yang ingin diraih.

2.    Pendekatan berbasis asset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, dimana pendekatan ini berfokus bagaimana menemukan dan mengenali hal-hal positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, dan memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, dan yang menjadi kekuatan positif.

Pendekatan berbasis asset ini selanjutnya diebut dengan Pendekatan Komunitas Berbasis Aset (PKBA). PKBA ini menekankan dan mendorong komunitas untuk dapaat memberdayakan segala potensi yang dimiliki serta membangun keterkaitan dari potensi-potensi tersebut agar menjadi lebih berdaya guna. PKBA berfokus pada potensi asset/ sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas (sekolah).

Menurut Green dan Haines (2002), ada tujuh modal utama, yaitu modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan/alam, modal finansial, modal politik, dan modal aagama dan budaya. Dari ketujuh modal, yang paling utama adalah modal manusia dimana potensi dari SDM dapat dimanfaatkan digali agar dapat berkembang secara maksimal.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin perlu memiliki kemampuan dalam pengelolaan sumber daya untuk dapat memanfaatkan segala asset/modal/potensi yang adaa di sekitarnya demi menunjang pembelajaran yang berpihak pada murid dan mencapai tujuan, visi , serta misi sekolah. Pengelolaan sumber daya tidak serta merta hanya dapat dilakukan seorang pemimpin. Perlu adanya kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait untuk memetakan dan mengidentifikasi, serta memanfaatkan segala asset yang ada di sekolah atau daerah sehingga menjadi kekuatan yang dimiliki oleh sekolah untuk dikelola dan dimanfaatkan secara optimal.

 

Kaitan Modul 3.2 dengan Materi pada Modul Sebelumnya

 

1.      Kaitan dengan Modul Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara

Hakikat pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah seluruh daya upaya yang dikerahkan secara terpadu untuk tujuan memerdekakan aspek lahir dan batin manusia. Daya upaya yang dimaksudkan dapat berupa seluruh potensi yang ada di sekolah maupun di daerah. Dalam mengerahkan seluruh potensi secara terpadu untuk memerdekakan aspek lahir dan batin murid, perlu pengelolaan yang tepat. Seorang pemimpin pembelajaran perlu belajar untuk dapat mengelola sumber daya di lingkungan belajarnya agar dapat secara optimal menunjang kegiatan pembelajaran yang berpihak kepada murid sehingga mereka dapat berkembang sesuai dengan kodratnya mulai dari belajar untuk mampu memetakan segala potensi asset hingga berkreativitas dalam memanfaatkannya.

2.      Kaitan dengan Modul Nilai dan Peran Guru Penggerak

Lima peran guru penggerak berhubungan erat dengan asset biotik di lingkungan sekolah. Menjadi pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru dan mewujudkan kepemimpinan murid merupakan penerapan pengelolaan sumber daya terutama sumber daya manusia di lingkungan sekolah. Pengelolaan serta pemanfaatan potensi SDM lebih tepat menggunakan pendekatan berbasis asset dimana seorang pemimpin dapat menemukan dan mengenali nilai lebih pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh komunitas.  Dalam pengelolaan sumber daya di sekolah, guru perlu menerapkan kelima nilai guru penggerak yakni mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid.

3.      Kaitan dengan Modul Visi Guru Penggerak

Seorang pemimpin dituntut untuk mampu dalam menyusun visi dan misi yang jelas, terarah, dan berpihak pada murid. Dalam mewujudkan visi dan misi sekolah serta melakukan langkah perubahan, diperlukan sebuah pendekatan untuk mencapai tujuan. Salah satunya adalah pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA) dengan BAGJA. Dengan BAGJA, seorang pemimpin dapat mengelola potensi serta kekuatan yang ada di sekitarnya guna menunjan tercapainya visi sekolah, termasuk visi yang mendasar yakni terwujudnya Profil Pelajar Pancasila.

4.      Kaitan dengan Modul Pembelajaran Berdiferensiasi, Pendidikan Sosial Emosional

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, guru tentunya diharuskan mampu untuk menyelenggarakan pembelajaran yang sesuai dengan minat, kesiapan belajar, dan profil atau gaya belajar murid. Pembelajaran ini yang disebut dengan pembelajaran berdiferensiasi.  Guru pun perlu menyelenggarakan pembelajaran sosial-emosional baik sebagai kegiatan rutinitas, terintegrasi terhadap pembelajaran, maupun secara protokoler. Untuk dapat menyelenggarakan pembelajaran berdddiferensiasi sekaligus pembelajaran sosial emosional, guru perlu memiliki kemampuan pengelolaan sumber daya di lingkungan pembelajarannya sehingga dapat secara optimal memanffaatkan segala potensi dan kekuatannya dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.

5.      Kaitan dengan Modul Coaching

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa rekan guru dan murid merupakan salah satu asset biotik utama di sekolah yang dapat dimanfaatkan ptensinya secara maksimal. Potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh warga sekolah seperti rekan guru dan murid dapat digali dan dikembangkan lebih jauh melalui layanan kegiatan coaching. Coaching merupakan sebuah upaya membimbing coachee dalam mencari solusi dari suatu permasalahan yang dapat mengganggu proses pembelajaran dan dapat menurunkan potensinya. Ada 4 aspek komunikasi yang perlu dimiliki seorang coach, yakni komunikasi asertif, pendengar aktif, bertanya efektif, dan umpan balik positif.

6.      Kaitan dengan Modul Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Pembelajaran yang dapat diambil dari modul ini adalah bagaimana cara mengambil sebuah keputusan dengan bijak dan tentunya yang berpihak pada murid dalam situasi dilemma etika maupuan bujukan moral melalui Sembilan langkah pengambilan keputusan oleh seorang pemimpin. Dalam pengelolaan sumber daya atau asset di sekolah atau daerah, seorang pemimpin pembelajaran perlu memiliki kemampuan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan. Memetakan kekuatan dari asset-aset yang dimiliki dapat menjadi langkah dalam pengumpulan fakta dalam menarik sebuah kesimpulan keputusan dalam pengelolaan sumber daya.

Demikian ringkasan mengenai modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya serta bagaimana kaitan modul 3.2 terhadap modul-modul sebelumnya dalam Pendidikan Guru Penggerak. Semoga dapat menjadi inspirasi bagi rekan-rekan guru. Terima kasih!

Salam Guru Penggerak!

PRAKARSA PERUBAHAN



 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

REVIEW BUKU MAHAKURAWA

"Bagaimana jika para penjahat dibiarkan bercerita?" Halo, 2025! 😁 Setelah hening sejak Agustus lalu, sepertinya harus hidup2in la...