PENERAPAN BUDAYA
POSITIF MELALUI KEYAKINAN KELAS
DI KELAS VI SD
NEGERI PANGKALAN
A.
Latar Belakang
Dalam
upaya mewujudkan Visi Guru Penggerak, yakni terwujudnya pelajar dengan karakter
Profil Pelajar Pancasila, salah satu langkah yang dapat ditempuh adalah dengan
mengimplementasikan pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengenai tujuan
pendidikan melalui peran dan nilai-nilai guru penggerak dalam menerapkan budaya
positif di kelas maupun di sekolah. Budaya positif di sekolah merupaka
nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang
berpihak kepada siswa agar siswa dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi
yang bertanggung jawab, kritis, dan penuh hormat (Modul PGP). Budaya positif
dapat terbentuk dalam sekolah yang memiliki lingkungan positif dan aman yang
mampu memberikan kenyamanan siswa dalam berpikir, bertindak, dan mencipta
secara merdeka, mandiri, dan bertanggung jawab.
Budaya
positif berkaitan erat dengan disiplin positif. Disiplin sering dihubungkaan
dengan aturan, tata tertib, dan kepatuhan, serta selalu dihubungkan dengan
hukuman. Padahal, disiplin diri sebenarnya mempelajari bagaimana cara seseorang
dapat mengontrol diri, dan bagaimana dapat menguasai diri untuk memilih
tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang dihargainya.Memiliki disiplin diri
artinya dapat bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan karena mendasarkan
tindakan pada nilai-nilai kebajikan universal.
Sejalan
dengan Diane Gossen, Ki Hadjar Dewantara berpendapat bahwa untuk dapat mencapai
kemerdekaan dalam pendidikan, syarat utamanya adalah harus ada disiplin yang
kuat. Disiplin yang dimaksud adalah disiplin diri, yang memiliki motivasi
internal. Artinya, apabila seseorang tidak memiliki motivassi internal, maka ia
perlu pihak lain untuk mendisiplinkan diri. Pihak lain inilah yang disebut
dengan motivasi eksternal, karena berasal dari luar diri. Sebagai pendidik,
tujuan kita adalah menciptakan siswa yang memiliki disiplin diri sehingga
mereka bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal dan
memiliki motivasi intrinsik, bukannya ekstrinsik.
Ada
banyak cara yang dapat dilakukan untuk menmbuhkan disiplin diri pada siswa.
Sekolah dapat ikut berperan serta dengan memberikan arahan atau petunjuk tentang
bagaimana berperilaku sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal. Namun,
cara dan bentuknya haruslah tepat agar tidak menjadi suatu motivasi ekstrinsik
yang sifatnya mengatur, atau bahkan memaksa, seperti halnya dalam penggunaan reward dan punishment. Hal semacam ini menandakan bahwa kontrol guru (sekolah)
masih dominan dengan memberikan aturan secara searah kepada siswa, tanpa adanya
umpan balik yang seharusnya juga menjadi bagian penting dalam mewujudkan
disiplin positif pada diri siswa.
Salah
satu cara mewujudkan budaya positif dengan menumbuhkan disiplin diri pada siswa
adalah dengan membuat kesepakatan kelas. Kesepakatan kelas berisi sekumpulan
keyakinan-keyakinan baik dari guru maupun dari siswa yang bertujuan untuk dapat
mewujudkan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Kesepakatan kelas tidak
hanya berisi harapan guru mengenai bagaimana siswa berperilaku, namun juga harapan
siswa bagaimana guru dapat memahami apa yang mereka inginkan. Kesepakatan kelas
hendaknya disusun bersama-sama sehingga jelas dan mudah dipahami, menggunakan
kalimat positif, dan dikembangkan secara berkala.
Kesepakatan
kelas adalah bentuk dari keyakinan kelas. Keyakinan adalah nilai-nilai
kebajikan atau prinsip-prinsip universal yang disepakati bersama secara
universal, lepas dari latar belakang suku, negara, bahasa, maupun agama.
Menurut Gossen (1998), suatu keyakinan akan lebih memotivasi seseorang dari
dalam atau memotivasi secara intrinsik. Siswa perlu mendengarkan dan memahami
tentan suatu keyakinan dibandingkan hanya mendengarkan peraturan-peraturan yang
mengatur perilaku mereka.
Siswa
kelas VI SD Negeri Pangkalan yang berjumlah 13 anak yang heterogen, dengan
berbagai karakteristik dan latar belakang keluarga yang beragam. Sehingga,
dalam mewujudkan disiplin sekolah dan budaya positif tidaklah mudah. Untuk itu,
penulis sebagai calon Guru Penggerak, merasa tergerak untuk membuat perubahan
nyata dalam rangka mewujudkan budaya positif, dimulai dari kelas yang penulis
ampu dengan menciptakan keyakinan kelas bersama-sama dengan siswa.
B.
Deskripsi Aksi Nyata
1.
Tujuan
Adapun yang
menjadi tujuan dalam tindakan aksi nyata ini adalah sebagai berikut:
a.
Menumbuhkan disiplin
positif dan motivasi intrinsik pada siswa melalui keyakinan kelas
b.
Membangun
pembiasaan-pembiasaan positif melalui keyakinan kelas
c.
Menumbuhkan
karakter Profil Pelajar Pancasila pada siswa
d.
Menguatkan peran
guru sebagai manajer melalui penerapan restitusi dalam mewujudkan disiplin
positif di kelas
2.
Tolak Ukur
Untuk
mengetahui sejauh mana kegiatan telah dilaksanakan dan untuk mengontrol
kegiatan agar tetap berjalan dan terarah kepada tujuan yang telah ditetapkan,
maka tolak ukur yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Terbentuknya
keyakinan kelas yang disusun berdasar kesepakatan bersama antara guru dan siswa
sebagai pedoman siswa dalam berperilaku dan menyelesaikan permasalahan.
b. Konsisten
menjalankan keyakinan kelas
c. Terjadi
perubahan perilaku siswa terutama dalam disiplin diri dan motivasi intrinsik
d.
Munculnya
karakter yang mencerminkan Profil Pelajar Pancasila pada diri siswa
e. Dokumentasi
kegiatan pembentukan keyakinan kelas, kegiatan restitusi, dan kegiatan
kolaborasi serta sosialisasi antara walikelas, rekan guru, dan kepala sekolah.
3.
Linimasa
Tindakan yang Dilakukan
Linimasa
tindakan aksi nyata yang akan dilakukan terangkum dalam tabel di bawah ini.
No |
Kegiatan |
Minggu Ke- |
|||
1 |
2 |
3 |
4 |
||
1. |
Menyusun
rancangan kegiatan aksi nyata |
√ |
|
|
|
|
a.
Menyusun
jadwal pelaksanaan aksi nyata |
√ |
|
|
|
|
b.
Mengonsultasikan
rencana aksi nyata kepada kepala sekolah |
√ |
|
|
|
|
c.
Melakukan
revisi perencanaan jika diperlukan |
√ |
|
|
|
|
d.
Mengkomunikasikan
rencana kegiatan dengan siswa |
√ |
|
|
|
2. |
Menyusun
keyakinan kelas bersama siswa kelas 6 |
|
√ |
|
|
|
a.
Melakukan
pembentukan keyakinan kelas |
|
√ |
|
|
|
b.
Membahas
konsekuensi dari pelanggaran keyakinan kelas |
|
√ |
|
|
|
c.
Mendokumentasikan
setiap kegiatan |
|
√ |
|
|
3. |
Mengkomunikasikan
budaya positif dan keyakinan kelas |
|
|
√ |
|
|
a.
Mulai
menerapkan keyakinan kelas |
|
|
√ |
|
|
b.
Melakukan
restitusi |
|
|
√ |
|
|
c. Mensosialisasikan mengenai budaya
positif kepada rekan guru dan kepala sekolah |
|
|
√ |
|
4. |
Refleksi
dan evaluasi program kegiatan |
|
|
|
√ |
|
a. Mengevaluasi dan merefleksi tindakan
aksi nyata |
|
|
|
√ |
|
b.
Meminta umpan
balik dari siswa mengenai penerapan keyakinan kelas |
|
|
|
√ |
|
c. Merancang tindak lanjut |
|
|
|
√ |
|
d. Melaporkan hasil kegiatan aksi nayata
kepada kepala sekolah |
|
|
|
√ |
4. Dukungan yang Dibutuhkan Untuk dapat menerapkan budaya positif melalui keyakinan kelas di kelas VI SD Negeri Pangkalan dengan efektif, maka dibutuhkan dukungan dari :
a.
Kepala sekolah
selaku pimpinan
b.
Rekan guru
selaku rekan berkolaborasi
c.
Peserta didik
selaku subjek utama
d.
Orang tua selaku
pihak pendukung utama
C.
Hasil Aksi Nyata
Hasil
dari upaya aksi nyata penulis selaku Calon Guru Penggerak Angkatan 4 Kabupaten
Pati di SD Negeri Pangkalan dalam mewujudkan budaya positif melalui keyakinan
kelas meski sedikit dan bertahap telah tampak hasilnya. Pertama, siswa dan guru
berhasil menyusun keyakinan kelas berdasar kesepakatan bersama, dimulai dari
mengutarakan apaa yang siswa inginkan (impian siswa) dan dibentuk suatu
keyakinan dalam bentuk kalimat-kalimat positif yang memotivasi serta
konsekuensi yang harus ditanggung apabila melanggar keyakinan kelas.
Meskipun
pembelajaran yang dilaksanakan masih dalam sistem daring dan luring, namun
kedisiplinan siswa perlahan mulai nampak perubahannya, terutama jika
dibandingkan pada bulan sebelumnya, ketika belum menerapkan keyakinan kelas.
Kedisiplinan
ini nampak pada jumlah siswa yang berpartisipasi aktif dalam pembelajaran
luring terbatas, yang sebelumnya selalu ada yang tidak hadir, menjadi 100%
hadir terkecuali ada alasan jelas dari orang tua. Pengumpulan tugas pun mulai
tertib sesuai dengan jadwal. Peningkatan ini tentunya berasal dari keyakinan
kelas yang dibentuk berdasar impian siswa. Banyak siswa yang ingin belajar di
luar kelas, menggunakan TIK dalam pembelajaran, dan berperan aktif dalam
kegiatan belajar. Keinginan tersebut diterapkan oleh guru melalui model
pembelajaran yang inovatif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
Perubahan
perilaku lain adalah berkurangnya perkelahian antar siswa. Di awal penerapan
keyakinan kelas, terjadi kejadian perkelahian antar siswa ketika jadwal
pembelajaran luring di sekolah. Guru menerapkan restitusi untuk menyelesaikan
masalah dari kedua siswa yang bertengkar, dan hasilnya kedua belah pihak merasa
puas dan teradili. Menguatnya karakter kerukunan dengan mampunya mereka bekerja
sama dalam kelompok tanpa memilih-milih anggota kelompoknya dan bertanggung
jawab atas tugas-tugas yang diterima, seperti tugas akademis maupun tugas piket
juga mulai nampak dalam diri siswa.
D.
Pembelajaran yang Didapat dari Pelaksanaan
Mewujudkan
budaya positif memang tidaklah mudah, apalagi diterapkan kepada siswa di usia
kanak-kanak. Menumbuhkan disiplin diri dan motivasi intrinsik pada siswa tidak
hanya bisa dilakukan dari lingkungan sekolah, namun juga lingkungan keluarga
dan masyarakat. Perlu dukungan dari berbagai pihak dan konsisten dalam
pelaksanaannya agar dapat menghasilkan output sesuai yang diinginkan.
Guru
selaku pamong siswa, hendaknya tidak hanya menyuarakan keinginnya kepada siswa,
namun juga perlu mendengarkan apa yang siswa inginkan sehingga tercipta
harmonisasi tujuan yang mampu mewujudkan visi guru penggerak, yakni mewujudkan
siswa yang memiliki karakter Profil Pelajar Pancasila.
Inti
dari budaya positif ini bukanlah perubahan besar, namun justru proses adanya
perubahan dari hal-hal kecil dari dalam kelas, yang dapat diwujudkan melalui
keyakinan kelas yang disepakati bersama antara siswa dan guru sehingga semua
pihak akan menerima dengan senang hati dan bersedia melaksanakan tanpa adanya
paksaan, ancaman, ataupun tekanan.
E.
Rencana Perbaikan untuk Pelaksanaan di Masa
Mendatang
Kegiatan
aksi nyata dalam mewujudkan budaya positif melalui keyakinan kelas ini akan
dilaksanakan secara konsisten dan terus menerus dengan menerapkan perubahan sesuai kebutuhan dan
sesuai dengan perkembangan keadaan. Hasil refleksi dan evaluasi yang telah
disusun berdasarkan umpan balik dari siswa akan dijadikan acuan perbaikan dan
pelaksanaan di semester yang akan datang.
Rencana
sosialisasi budaya positif kepada rekan guru dan kepala sekolah segera
dilakukan secara luring. Selanjutnya, guru juga perlu terus melaksanakan
restitusi sebagai tindak lanjut atas penerapan keyakinan kelas sehingga
pelaksanaannya dapat terus berjalan sesuai tujuan yang telah ditetapkan.
Selalu
membangun kolaborasi baik dengan kepala sekolah, rekan guru, orang tua, siswa,
dan pihak-pihak lain yang terkait untuk mendapatkan dukungan positif, kritik
dan saran yang membangun, dan ide-ide baru dalam rangka meningkatkan
efektivitas kegiatan mewujudkan budaya positif baik di kelas maupun di sekolah.
F.
Dokumentasi Tindakan Aksi Nyata Budaya Positif
1.
Foto-foto dokumentasi
pelaksanaan kegiatan Aksi Nyata
Gambar 1
Konsultasi
dan meminta izin untuk melaksanakan sosialisasi penerapan budaya positif kepada
kepala sekolah
Gambar 2
Proses menyusun Keyakinan Kelas bersama siswa kelas
6
Gambar 3
Hasil Keyakinan Kelas dan Konsekuensi yang
disepakati
Gambar 4
Kegiatan Sosialisasi Budaya Positif kepada guru-guru
SDN Pangkalan
Gambar 5
Memaparkan contoh restitusi yang telah dilaksanakan
di kelas beserta tanggaapan siswa dalam sosialisasi.
Gambar 6
Praktik restitusi terhadap siswa kelas 6 yang
bertengkar (gambar atas) dan yang sering tidak mengikuti kegiatan pembelajaran
tanpa alasan jelas (gambar bawah)
2.
Tautan (link)
video dokumentasi pelaksanaan Aksi Nyata
a.
Video permintaan
izin dan konsultasi dengan kepala sekolah : https://youtu.be/ZH367PCdRGY
b.
Video
pelaksanaan sosialisasi kepada guru-guru SD Negeri Pangkalan : https://youtu.be/A57Ik2DSjYg
c.
Video praktik Restitusi
: https://youtu.be/vTox5pqWTWY
Tidak ada komentar:
Posting Komentar